Adat dan budaya Indonesia begitu banyak aneka ragam yang dikenal diberbagai wilayah yang tersebar di seantero Nusantara. Ada berbagai suku, agama, serta adat istiadat, yang sudah kita kenal saat ini hingga mengharumkan nama bangsa di belahan dunia yakni seni dan tarian. Namun ada pula banyak seni dan tarian yang tidak begitu dikenal oleh kalangan luas bahkan, tak tersentuh oleh kerena ketidak berdayaan masyarakat desa untuk memperkenalkan atau karena dianggap kampungan.
Sebagai anak Lewotanah yang
mencintai budaya ingin memperkenalkan tarian beku yang sangat khas dan digemari oleh masyarakat Lembata terutama dari Leregere dengan tarian
Beku. Untuk masyarakat Lembata tarian beku tidak asing lagi karena mendengar nama beku berarti ini adalah
tarian dari Leregere Kecamatan Lebatukan
Kabupaten Lembata
Tarian yang dapat di tonton saat pentas di Jakarta
Tarian yang dapat di tonton saat pentas di Jakarta
Tarian beku mengisahkan tentang
perjuangan dalam pelarian dari desa serang
goran untuk mencari tempat tinggal yang baru untuk di tempati. Namun dalam perjuangan untuk mendapakan
tempat tinggal banyak persoalan dan kendala
yang dihadapi para leluhur leragere saat itu dengan suasah payah. Sebagai bentuk
ungkapan syukur perjuangan leluhur
lewotanah leragere baik itu berupa
keggalan atapun kesuksesan dibawa dalam nyanyian dan tarian.
Dalam perjuangan orang Leregere dalam
ungkapan rasa hati dalam syair lagu dan tarian akan berkumpul bersama di sebuh
tempat yang sudah disepakati bersama-sama. Tempat berkumpul bersama sebagai ungkapan hati, baik itu kesedihan atau kegembiraan yang di
sebut namang. Di namang ini semua orang akan
berkumpul dan bersukaria dalam lagu dan tarian beku bersama.
Dalam tarian beku di kenal, ada dua
bagian penting yakni gerakan lambat dan gerakan cepat diikuti dengan delapan gerak
langkah kaki yang berbeda.
Gerakan Lambat dikisahkan sebagai ungkapan kesedihan hati atau
kekecewaan dalam sebuah perjuangan untuk mendapatkan tempat tinggal namun gagal.
Kekagalan itu ibarat gagal dalam
peperangan, gagal panen atau gagal mendapatkan hasil buruan hewan liar di hutan. Dalam gerakan lambat ini, syair lagu /lian yang dinyanyikan mengisahkan
kesedihan dan di iringat dengan irama pukulan gendang, menghantar kita pada masa-masa
sulit yang telah dilewati dalam perjuangan yang gagal.
Gerakan cepat dikisahkan sebagai
suatu ungkapan rasa syukur atas keberhasilan dalam perjuangan melawan musuh
dalam peperangan sehingga mendapatakan
tempat tinggal hunian baru yang hingga saat ini yaikni Leragere/matahari terbit
atau ungkapan atas hasil panen berlimpah
atau memperoleh hasil buruan yang banyak. Inilah ungkapan hati kegembiraan
dalam gerakan cepat dalam tarian beku yang
dimainkan.
Bentuk dari tarian beku:
Tarian beku berbentuk lingkaran seolah-olah
seperti seekor ular naga yang bergerak
melingkar dan hendak memangsa buruan
yang sedang diincarnya . Umpan yang
hendak dimangsa adalah dua orang penari
yang terpisah dari lingkaran ini. Umpan dalam tarian ini disebut waheng, yang menari
seakan-akan mengganggu/mempermaikan ular naga itu. Waheng bergerak
dan menari di depan, diperankan oleh sepangsang
pria dan wanita yang sedang bermain dan menari di kepala dari lingkaran tarian se
ekor ular naga yang mengejar dan ingin memangsa buruannya.
Dalam lingkaran tarian beku
bentuk barisan wanita dan pria tersendiri. Dengan posisi dari bagian tengah ke belakang adalah
barisan wanita, dengan posisi paling
ujung barisan gerakan tangan kiri seolah-olah berbentuk ekor ular. Sedangkan
dari posisi tengah sampai barisan depan tangan kanan di ujung barisan bergerak
seolah-olah ular naga bergerak hendak mangsa buruan.
Bentuk gerakan kaki.
Tarian beku dalam gerakan langkah kaki dengan hitungan, delapan gerakan langkah kaki yang berbeda
dengan perbedaan antara gerakan kaki wanita dan gerakan kaki pria. Untuk gerakan kaki wanita berbeda dari gerakan
kaki pria namun, dalam hitungan yang sama yakni delapan gerakan.
Sedangkan gerakan kaki pria meliuk-liuk seakan-akan se ekor ulur naga bergerak
maju mengejar mangsa yang sedang di incarnya. Untuk mengimbangi gerakan pria
yang meliuk-liuk posisi batas antara pria dan wanita menjadi penentu antara dua
sisi, dimana sang pria membendung gerakan teman-teman pria untuk
mengimbangi gerakan kaki wanita.
Inilah tarian beku yang kini sudah digemari dan dimainkan di tempat mana saja karena, nama namang kini sudah menyebar hingga kota Jakarta yang bakal meramaikan Lounching Hari Nusantara [ Harnus ] di Jakarta, tanggal, 23 Agustus 2016
Tarian beku kini menjadi ikon
meracik semangat dan kesatuan gerak tari simbol semangat “ Taan Tou” Lembata selaku tuan rumah Hari Nusantara yang
terjadi pada tanggal 13 Desember 2016 yang akan dihadiri oleh Bapak Presiden
Joko Widodo. Masyarakat lembata merasa
bangga karena dengan kehadiran Bapak Presiden di Lewotana Lembata memberi
semangat dalam membangun demi kemajuan kita bersama.
Tinggalkan perbedaan dalam
berpikir namun dengan perbedaan menyatukan kita bersama dalam semangat Taan Tou
Lembataku.
Kami masyarakat Lembata menanti
kedatangan Bapak Presiden Joko Widodo, dan menyambutmu dengan sebuah tarian dari
Leragere yang diwakili oleh seribu orang penari beku yang akan memainkan untuk menyambut kedatangan Bapa
Presiden.
Semangat anak lembata, semangat
dalam tarian beku kita pasti akan sukses
He e , wa he, mo e, te o, no e seli bo
he bai puri, mo e i, te o, no e gelole i
he muri li do bo, mo e i jk, t e o bo mo
te o bo, li do ciko i,
mo e a pe mu ri i,
go e, go ge so o o, bo
bapai frans.