Kamis, 18 Agustus 2016

Tarian Beku Adat Budaya Indonesia



Adat dan budaya Indonesia begitu banyak aneka ragam yang  dikenal diberbagai wilayah yang tersebar di seantero Nusantara. Ada berbagai  suku, agama,  serta  adat istiadat, yang sudah kita kenal saat  ini hingga mengharumkan nama bangsa di belahan dunia yakni seni dan tarian.  Namun  ada pula banyak  seni dan tarian  yang tidak begitu dikenal oleh kalangan luas bahkan,  tak tersentuh oleh kerena ketidak  berdayaan masyarakat desa untuk memperkenalkan  atau karena dianggap kampungan.

Sebagai anak Lewotanah yang mencintai budaya ingin memperkenalkan tarian beku yang sangat khas  dan digemari oleh masyarakat  Lembata terutama dari Leregere dengan tarian Beku. Untuk masyarakat Lembata tarian beku tidak asing lagi  karena mendengar nama beku berarti ini adalah tarian dari Leregere  Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata




Tarian yang dapat di tonton saat pentas di Jakarta

Tarian beku mengisahkan tentang perjuangan dalam  pelarian dari desa serang goran untuk mencari tempat tinggal yang baru untuk di tempati.  Namun dalam perjuangan untuk mendapakan tempat  tinggal banyak persoalan dan kendala yang dihadapi para leluhur leragere saat itu dengan suasah payah. Sebagai bentuk ungkapan syukur  perjuangan leluhur lewotanah leragere baik itu berupa  keggalan atapun kesuksesan dibawa dalam nyanyian dan tarian.   


Dalam perjuangan orang Leregere dalam ungkapan rasa hati dalam syair lagu dan tarian akan berkumpul bersama di sebuh tempat yang sudah disepakati bersama-sama. Tempat berkumpul bersama  sebagai ungkapan hati,  baik itu kesedihan atau kegembiraan yang di sebut namang. Di namang ini semua orang akan berkumpul dan bersukaria dalam lagu dan tarian beku bersama.

Dalam tarian beku di kenal,   ada dua bagian penting yakni gerakan lambat dan gerakan cepat diikuti dengan delapan gerak langkah kaki yang berbeda.


Gerakan Lambat dikisahkan  sebagai ungkapan kesedihan hati atau kekecewaan dalam sebuah perjuangan untuk mendapatkan tempat tinggal namun gagal.  Kekagalan itu ibarat gagal dalam peperangan, gagal panen atau gagal mendapatkan hasil  buruan hewan liar di hutan.  Dalam gerakan lambat ini,  syair lagu /lian yang dinyanyikan mengisahkan kesedihan dan di iringat dengan irama pukulan gendang, menghantar kita pada masa-masa sulit yang telah dilewati dalam perjuangan yang gagal.

Gerakan cepat dikisahkan sebagai suatu ungkapan rasa syukur atas keberhasilan dalam perjuangan melawan musuh dalam  peperangan sehingga mendapatakan tempat tinggal hunian baru yang hingga saat ini yaikni Leragere/matahari terbit atau ungkapan atas  hasil panen berlimpah atau memperoleh hasil buruan yang banyak. Inilah ungkapan hati kegembiraan dalam gerakan  cepat dalam tarian beku yang dimainkan.
                                                                                                                      

Bentuk dari tarian beku:
Tarian beku berbentuk lingkaran seolah-olah seperti seekor ular naga yang  bergerak melingkar dan hendak memangsa  buruan yang sedang diincarnya .  Umpan yang hendak dimangsa adalah dua orang  penari yang  terpisah dari lingkaran ini.  Umpan  dalam tarian ini disebut waheng,  yang  menari seakan-akan mengganggu/mempermaikan ular naga itu.  Waheng  bergerak dan menari di depan,  diperankan oleh sepangsang pria dan wanita yang sedang bermain dan menari di kepala dari lingkaran tarian se ekor ular naga yang mengejar dan ingin memangsa buruannya. 
Dalam lingkaran tarian beku bentuk barisan wanita dan pria tersendiri.  Dengan posisi dari bagian tengah ke belakang adalah barisan wanita,  dengan posisi paling ujung barisan gerakan tangan kiri seolah-olah berbentuk ekor ular. Sedangkan dari posisi tengah sampai barisan depan tangan kanan di ujung barisan bergerak seolah-olah ular naga bergerak hendak  mangsa buruan.
 Bentuk gerakan kaki.
Tarian beku  dalam gerakan langkah kaki dengan hitungan,  delapan gerakan langkah kaki yang berbeda dengan perbedaan antara gerakan kaki wanita dan gerakan kaki pria.  Untuk gerakan kaki wanita berbeda dari gerakan kaki  pria namun,  dalam hitungan yang sama yakni delapan gerakan. Sedangkan gerakan kaki pria meliuk-liuk seakan-akan se ekor ulur naga bergerak maju mengejar mangsa yang sedang di incarnya. Untuk mengimbangi gerakan pria yang meliuk-liuk posisi batas antara pria dan wanita menjadi penentu antara dua sisi,  dimana  sang pria membendung gerakan teman-teman pria untuk mengimbangi gerakan kaki wanita.
Inilah tarian beku yang kini sudah digemari dan dimainkan di tempat mana saja karena, nama namang kini sudah menyebar hingga kota Jakarta yang bakal meramaikan Lounching Hari Nusantara [ Harnus ]   di Jakarta, tanggal, 23 Agustus 2016


Tarian beku kini menjadi ikon meracik semangat dan kesatuan gerak tari simbol semangat “ Taan Tou”  Lembata selaku tuan rumah Hari Nusantara yang terjadi pada tanggal 13 Desember 2016 yang akan dihadiri oleh Bapak Presiden Joko Widodo.  Masyarakat lembata merasa bangga karena dengan kehadiran Bapak Presiden di Lewotana Lembata memberi semangat dalam membangun demi kemajuan kita bersama.

Tinggalkan perbedaan dalam berpikir namun dengan perbedaan menyatukan kita bersama dalam semangat Taan Tou Lembataku.      
                                          
Kami masyarakat Lembata menanti kedatangan Bapak Presiden Joko Widodo, dan menyambutmu dengan sebuah tarian dari Leragere yang diwakili oleh seribu orang penari  beku yang akan memainkan untuk menyambut kedatangan Bapa Presiden.

Semangat anak lembata, semangat dalam tarian beku kita pasti akan sukses

He e , wa he,  mo  e,   te o,  no e seli bo
he bai puri,  mo  e i,  te o, no e gelole i
he muri  li do bo, mo e i  jk, t e o bo mo
te o bo,  li do ciko i,
mo e a pe mu ri i,
go e,    go ge so o  o, bo  bapai frans.